Meski menjadi salah satu kota besar di Indonesia, faktanya Bandung masih mempertahankan beberapa kearifan lokal yang juga dianggap sebagai tradisi tahunan dan dirayakan setiap tahunnya. Kearifan lokal ini pun sarat akan makna dan dipercayai sebagai tradisi baik yang dan mempertahankan nilai-nilai luhur kehidupan. Lantas, apa saja kearifan lokal Bandung yang masih dipertahankan hingga saat ini? Tanpa berlama-lama, yuk langsung simak ulasannya di bawah ini.
1. Pawai Jampana
Kearifan lokal yang masih dirayakan setiap tahunnya adalah Pawai Jampana. Pawai ini pun cukup unik karena diikuti puluhan orang yang memikul tandu yang penuh dengan hasil bumi atau hasil pertanian. Pawai ini juga setiap tahun dirayakan, dan biasanya diselenggarakan untuk merayakan kemerdekaan Indonesia atau Ulang Tahun Kabupaten Bandung. Di akhir acara, hasil bumi yang dipikul akan diperebutkan oleh penonton atau kerumunan peserta. Bisa dibilang kearifan lokal satu ini mirip dengan Grebeg Suro yang biasanya dirayakan oleh Suku Jawa.
2. Kampung Cikondang
Salah satu kearifan lokal Bandung yang juga masih dipertahankan hingga saat ini adalah Kampung Cikondang. Kampung ini sudah ada sejak abad 17 silam atau pada masa kerajaan Sunda. Meski di tengah-tengah perkembangan teknologi dan internet, Kampung Cikondang masih mempertahankan dan sarat akan kearifan lokalnya. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan nilai-nilai kehidupan yang sudah diwariskan oleh leluhur.
Kearifan lokal yang masih dilakukan adalah melakukan ritual 15 Muharram. Ritual tersebut dilakukan sebagai bentuk pembersihan dari bencaa dan juga sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ritual ini pun dimulai dari ibu-ibu di Kampung Cikondang menumbuk padi, dan dilanjutkan dengan perayaan menggunakan nasi tumpeng, nasi kuning, dan lain-lain.
3. Reuneuh Mundingeun
Reuneuh Mundingeun adalah kearifan lokal Bandung yang diselenggarakan untuk ibu hamil. Hal ini dilakukan sebagai doa agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Biasanya ritual ini dilakukan ketika usia kehamilan menginjak 9 bulan atau lebih. Lebih lanjut, Reuneuh Mundingeun dilakukan dengan prosesi ibu hamil akan dikalungi kolotok mirip kerbau. Selanjutnya, ibu hamil akan diarak menuju kandang kerbau sambil membaca doa. Namun, jika keluarga tersebut tidak memiliki kandang kerbau, maka ibu hamil akan diarak sebanyak 7 kali.
4. Upacara Adat Ngertakeun Bumi Lamba
Kearifan lokal berikutnya adalah adanya upacara adat Ngertakeun Bumi Lamba yang diselenggarakan di sekitar Gunung Tangkubanparahu, Bandung. Upacara adat ini diselenggarakan setiap tahun di tanggal 23 Juni. Tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk mengucapkan rasa syukur terhadap sumber daya alam yang melimpah untuk manusia, dengan tetap diadakannya upacara adat ini diharapkan masyarakat dan pemerintah bisa saling bekerjasama untuk melestarikan dan menjaga kelestarian alam.
5. Kampung Naga
Selain Kampung Cikondang, Bandung juga masih mempertahankan kearifan lokal di Kampung Naga. Adapun potensi kearifan lokalnya terletak pada desain arsitektur bangunan, lingkungan yang masih asri dan terjaga. Hal ini juga tercermin masyarakat Kampung Naga selalu menghormati dan menjaga alam sekitar. Sehingga, di Kampung Naga juga terdapat Hutan Larangan, siapapun tidak diperkenankan untuk mengusik hutan tersebut.
Sebenarnya ada Hutan Larangan tersebut agar tetap menjaga kelestarian lingkungannya, dan masyarakat sadar akan hal itu, dan tetap menerapkan ajaran para leluhur untuk selalu menjaga alam dan lingkungan sekitar.
BACA JUGA: Perusahaan Makanan di Bandung
Nah, demikian 5 kearifan lokal di Bandung yang masih dipertahankan hingga saat ini. Buat kamu yang penasaran dengan kearifan lokal tersebut, kamu bisa mengunjungi Bandung saat hari besar ya, Bolumania. Sebab, biasanya masyarakat Bandung merayakan dengan tradisi kearifan lokal seperti, Pawai Jampana. Jangan lupa juga setelah berkunjung ke Bandung membawa oleh-oleh Bolu Susu Lembang yang lembut dan kaya akan rasa.